1. Bulan Haram/Suci
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 36 yang bunyinya:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhul Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”
Juga sabda Nabi Muhammad SAW:
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمُ : ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتُ : ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Artinya: “Satu tahun itu dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram. Tiga bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Satu lagi adalah bulan Rajab yang terletak antara bulan Jumada Tsaniyah dan Sya’ban.” (HR Bukhari 2958)
2. Bulan Allah
Muharram memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para ulama menyebut bahwa penyandingan sesuatu dengan lafadz Allah bermakna pemuliaan. Sama halnya dengan istilah Baitullah, Rasulullah, dan lain sebagainya.
Bersandingnya Muharram dengan lafadz Allah dapat dijumpai dalam hadits di bawah ini:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Artinya: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam.” (HR Muslim 1163)
3. Bulan dengan Puasa Asyura
Puasa Asyura adalah ibadah sunnah yang dikerjakan pada 10 Muharram. Disadur dari buku Catatan Fikih Puasa Sunnah oleh Hari Ahadi, dalil adanya puasa Asyura adalah hadits riwayat Muslim ini:
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّهُ يَوْمُ تُعَظِمُهُ الْيَهُودُ، وَالنَّصَارَى، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” : ” فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ” . قَالَ : فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوفَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: “Saat Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan beliau memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa, saat itu para sahabat menyampaikan, ‘Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.’ Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Pada tahun depan insya allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (al-Muharram).’ Belum tiba tahun berikutnya melainkan Rasulullah SAW telah wafat.” (HR Muslim 1134)
Adapun keutamaan bagi orang yang mengerjakannya adalah mendapat ampunan untuk dosanya setahun lalu. Rasulullah SAW bersabda,
صِيَامُ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Artinya: “Puasa Asyura, aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim 1162)
Sumber:
https://www.detik.com/jogja/berita/d-7423831/sejarah-1-muharram-awal-mula-penetapan-kalender-hijriah-oleh-umar-bin-khattab
Sangat informatif